Biogas Kotoran Sapi Jadi Energi Alternatif, Dua Tahun Tak Beli Minyak Tanah
Samnah asyik mengaduk kotoran sapi yang baru saja diambilnya dari kandan milik suaminya Iskak, Kamis (8/5). Tanpa rasa jijik, dia memilah ampas kotoran ternak itu lalu memasukkannya ke plastik reaktor. Didalam kantong plastik besar yang disebut reaktor itulah kotoran sapi diolah menjadi energi pengganti bahan bakar minyak (BBM).Setelah memastikan reaktornya penuh, Samnah segera mencuci bersih tangannya dan bergegas masuk ke dapur. Kompor kecil berbahan bakar biogas di meja dapur menjadi tujuannya. Kemudian, dia membenarkan letak pipa penghubung gas dari biogas di dalam reaktor ke kompor.
Samnah lalu mengambil korek dan menyulutnya di tengah kompor. Kompor pun menyala dengan warna api biru. Sebiru kompor berbahan gas elpiji yang saat ini sudah mulai langka. Dia pun menggoreng keripik singkong sebagai teman minum teh di pagi hari kemarin. Dua tahun sudah kegiatan mengisi reaktor gas itu dilakukan Samnah. Selama itu pula, warga Gang Arjuno, Jalan Pondok Empat Kelurahan Loktabat Utara tersebut tak lagi pusing dengan kelangkaan BBM jenis minyak tanah maupun elpiji.
Keuntungan dari pengembangan bio gas ini, kompor jauh lebih efisien dan irit. Dia tidak perlu mengeluarkan ongkos sebanyak Rp 20.000 untuk membeli minyak tanah seperti sebelumnya dilakukan. Walau modal awal diperlukan dana sekitar Rp 2,5 juta untuk satu reaktor. Namun kompor akan awet selama delapan tahun. “Dengan waktu memasak empat jam secara terus menerus selama sehari, memang lebih hemat dari membeli minyak tanah,” timpal Iskak.Di rumah Iskak memang ada puluhan ekor sapi yang digemukkan. Setiap hari ada puluhan ton kotoran sapi yang dihasilkan. Dulu limbah itu dibuang begitu saja, atau sekadar dijadikan kompos atau pupuk kandang. Sekarang kotoran sapi ini bisa jadi barang berharga.
Pembuatan Biogas
Bio gas sangat mudah diproduksi. Bahan dasarnya berupa kotoran sapi diaduk ke dalam drum. Komposisinya setengah drum diisi kotoran sapi sebanyak kira-kira tiga argo (kereta dorong yang biasa untuk mengangkut bahan bangunan). Baru seperempatnya ditambahi air. Setelah komposisi itu terpenuhi, kotoran sapi dan air diaduk merata. Ampas kotoran dari rumput-rumputan yang belum halus oleh proses pencernaan di dalam perut sapi dipisahkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan saat dimasukkan ke dalam reaktor.
Setelah dipastikan terpisah, campuran air dan kotoran sapi bisa ini dimasukkan ke dalam reaktor. Dulunya, di dalam reaktor itu diberikan obat semacam perangsang pertumbuhan gas yang memang telah potensial ada terkandung di dalam kotoran sapi. “Tapi itu hanya sekali pakai saja waktu pertama. Selanjutnya ya mudah saja seperti ini. Kotoran sapinya diulet dengan air dan dimasukkan ke dalam reaktor,” ungkap Iskak, sambil memperagakan cara pembuatan bio gas.
Di dalam reaktor, proses pembuatan gas itu terjadi secara alami. Gas ini pun langsung dapat dialirkan ke kompor melalui pipa penghubung reaktor dan kompor dan nyala api pun bisa didapatkan. Kompor siap dipakai. Dengan campuran sebanyak satu drum ini, kompor bisa bertahan selama seharian penuh. Bahkan tidak mati walau dipakai terus menerus selama empat jam lamanya, jika bahan bakunya melimpah dan reaktor terisi terus.
Karena mudahnya cara membuat bio gas ini, dua tahun silam catatan BPost, Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) meminta Kabupaten/Kota se Kalsel menganggarkan dana APBD masing-masinguntuk pengembangannya. Terutama daerah yang memiliki potensi peternakan sapi, kerbau dan babi. (Banjarmasin Post)