Begitulah judul sebuah artikel yang saya dapatkan di blog ndal.wordpress.com. Ternyata di jepang ada tiga istilah dalam mengajarkan matematika kepada anak didik di sekolah, yaitu:
- tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan)
- wakaru ko (anak harus mengerti)
- dekiru ko (anak harus bisa)
Metode di atas merangsang anak untuk menemukan jawaban dari suatu masalah dengan cara menghadirkan masalah tersebut dihadapan mereka untuk dianalisis. Sebenarnya dalam metode yang sudah kita kenal adalah Pembelajaran Kontekstual tak ada bedanya dengan cara pembelajarn yang ada di Jepang ini.
Kesulitan yang dialami guru dalam melakukan pembelajaran ala jepang ini adalah harus menghadirkan situasi yang selalu berbeda dalam setiap pertemuan sehingga anak didik tak pernah merasa bosan sedikitpun karena syarat pertama adalah “kelas harus menyenangkan”.
Sebagai contoh:
Kertas berukuran A4 dilipat memanjang sebanyak dua kali, kemudian digunting mengikuti lipatannya sehingga menjadi 4 potongan kertas memanjang. Selanjutnya kertas pertama dilipat melebar 1 kali lalu digunting. Jadi, dengan melipat 1 kali dan menggunting 1 kali, akan dihasilkan 2 potongan kertas baru. Bagaimana kalau dilipat 2 kali, kemudian gunting di lipatan yang terakhir ? Berapa potongan kertas baru yang akan dihasilkan ? Yup, hasilnya 3 potongan kertas baru. Jadi sudah terbentuk deret bilangan 0, 2, 3. Selanjutnya kalau dilipat 3 kali lalu digunting, berapa potongan kertas yang akan dihasilkan ? Sebelum mempraktekkannya, Pak Guru terlebih dahulu menanyai para siswa. Sebagian besar siswa menjawab 5, sebagian yang lain menjawab 6. Mengapa menjawab 5, mengapa menjawab 6, semuanya diminta untuk menjelaskan alasannya. Papan tulis pun penuh dengan coretan dan ilustrasi anak-anak.
Hem.. kapan ya saya bisa mempraktekkannya !