Sabtu, 26 Februari 2011

CERPEN : Kenangan untuk dilupakan..

,
Kalau saya  boleh tanya, apa sih dosanya jadi orang jomblo? Sampai-sampai saya begitu di diskreditkan. 2 hari yang lalu, bapak saya di kampung nelpon. Masih ingat betul saya suara berat beliau, suara yang membuat 30 tahun lama hidup saya patuh terhadap beliau. Malam itu suara beliau 2 kali lipat lebih berat, serasa ada beban disitu. Kemapanan, ketampanan,apalah arti.

Belanda, seperti biasa, dingin. Bulan pun malu-malu mengintip dari langit.
Telepon berdering,

"Kamu kapan kawin nak?" Bapak saya langsung nyosor tanpa pemanasan terlebih dahulu.
Kenapa sih semua orang lagi seneng ngomongin kawin? Pada musim kawin yak?

“Pak, kalo kawin mah gampang. Malam ini juga saya bisa ke Red Light District. Cuma takut dosa pak. Kata Bapak zina kan haram.” Ngelantur saya, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Nak, jangan becanda. Maksud bapak nikah. Kapan kamu nikah?”

Jleb! Tertancap saya.

"Nunggu Dian Sastro, Pak" jawab saya garing.

“hhhhhh..., jangan biarkan ketakutan menjadikanmu perjaka tua nak” Terdengar jelas suara tanpa kompromi diseberang sana..

***

Malam itu, tepat lima tahun usia pacaran kita. Saya ingin membuat kejutan kecil di hari bersejarah. 12000 KM jauhnya saya tempuh, spesial hanya untuk hari ini.

Kita pernah berjanji di salah satu tempat favorit mu. Tempat yang bisa membuatmu melupakan program diet untuk sementara waktu. Hari itu kamu tersenyum begitu indah. Lalu kamu berbicara soal masa depan. Perihal arah hubungan kita. Soal kemana nantinya. Kamu bilang kamu tidak ingin pacaran terlalu lama. Kamu bilang kamu ingin aku nikahi saat usia pacaran kita menginjak 5 tahun. Lantas kamu bicara soal nama calon anak kita nanti. Kamu juga bilang Widi lucu untuk anak perempuan pertama kita. Atau Umar, kalau kita dikaruniai anak lelaki.

Dan saya telah memilih Februari sebagai bulan bersejarah kita, mengikat janji dengan gadis yang tahunan lamanya bersama dalam suka dan duka, sampai nanti yang terucap adalah dalam hidup dan mati.

“Tiil death do us apart”, begitu ucapmu dengan senyuman tulus penuh cinta yang berhasil menemukan kamu di hati saya.

Malam itu, akan selalu saya ingat betul, malam yang membuat umur saya menjadi semakin dewasa, saat kita berbicara dengan bahasa Cinta, mengucap pada bisikan manis, dengan kalimat pendek-pendek yang tertahan oleh panasnya wajah yang memerah malu.
***

Dan saya, saya adalah lelaki yang punya konsistensi dan tanggung jawab. Jarak bukanlah halangan.

Saya siapkan cincin kawin 24 karat, Swarovski, asli dari Austria. Tempat yang paling ingin kau kunjungi untuk bulan madu kita. Beratnya 75 gram, tidak kurang tidak lebih.

Pukul 19.00 tepat aku mengarah kerumahmu.

19.00 lebih lima menit, saya sadar betul ada yang salah disitu. Kamu didalam mobil bersama lelaki lain. Aku membuntuti kalian beberapa meter dibelakang. Saya mencoba berpikir positif. Lantas saya menyaksikan kalian bergandengan tangan. Saya tetap bersikukuh untuk positif, hidup lama di negara liberal membuat saya bisa menerima itu. Sampai akhirnya, dinginnya Surabaya membawa bibir kalian bertautan. Tak percaya saya. Kalau mata ini bisa saya congkel, sudah saya congkel. Lantas saya kucek-kucek.

Kalap saya, berlari kearah kamu. Lantas minta penjelasan.

Kamu diam membisu. Menatapku penuh arti. Dan lelaki disebelah kamu itu, yang jelas-jelas tidak lebih tampan dan tidak lebih keren dari saya, tampil sengak. Mencoba merebut tanganmu dari genggaman saya. Ingin sekali saya mengatakan: sayang, lelaki ini bajingan. Dia cuma sopir, mobil itu milik majikannya. Baju, pinjam di laundry. Lantas parfum 11-12 mirip bau minyak zaitun.

Wajah kamu merona merah seketika. Saya bisa melihat perasaan bersalah yang teramat mendalam disitu. Membuat aku jengah tentang sesuatu yang aku takutkan.

“Kenapa Ret?” Mencoba saya membuka pembicaraan.

“Mungkin saya hanya satu chapter dari hidupmu man? Maybe I’m not belong to you”

“Wanita butuh sedikit petualangan sebelum benar-benar yakin akan cinta sejatinya, kita sama-sama masih muda”
Jujur mendengar kalimatmu saja, aku sudah bisa menebak kalimat ini pasti yang akan keluar.

0 komentar to “CERPEN : Kenangan untuk dilupakan..”

Posting Komentar