Sabtu, 26 Februari 2011

CERPEN : TRULY LOVE

,
Bib…bib…bib… Suarajam beker membahana ke seluruh kamar.  “HHHHUUUUUUUUAAAAAAAAAAAA…..“ “Jamberapa nih? Waduh sudah jam8 pagi!!! Aku telattttttt.......”Terdengar sebuah teriakan dari dalam kamar.Lelaki itupun lalu beranjak turun dari tempat tidurnya dan dengan tergesa-gesamasuk kedalam kamar mandi untuk melakukan ritual setiap pagi yang biasa ialakukan. Ia pun dengan dengan buru-buru keluar dari kamar kos-nya untukmengejar bus terakhir menuju kampusnya.Itulah kebiasaan yang biasa dilakukan Fidohampir setiap hari selama kuliah di salah satu Universitas di Semarang. Sudah dua tahun Fido tinggaldi kota itu setelah ia dengan terpaksa mengikuti nasihat orang tuanya untukmerasakan bangku kuliah. Fido sebenarnya lebih menginginkan untuk tetap tinggaldengan orang tuanya di Kota asalnya, Tasik, untuk bekerja, namun orang tuanyabersikeras agar anaknya masuk kuliah dan bisa mendapat pekerjaan yang lebihbaik. “Nak,jangan kamu sia-siakan kepintaranmu, lebih baik kamu masuk kuliah agar menjadibekal masa depanmu nanti.” nasihat ibu ketika Fido mengutarakan keinginannya.“Tidakusah kamu cemaskan biaya kuliah, yang penting itu kamu belajar dengan baik.”ucap ayah ketika Fidomenerangkan tentang mahalnya biaya kuliah di negeri ini.Walau ayahnya hanya seorang petani,tetapi ayahnya selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekolah fido dan terusmemberi dukungan agar Fido dapat bersekolah layaknya anak-anak lain dilingkungannya.  Sudah tidak terhitunglagi usaha ayah untuk mendorong Fido untuk terus mengejar impiannya, walauharus merelakan hartanya untuk biaya sekolah Fido. Fido lantas membayar semuajerih payah ayahnya dengan prestasi-prestasi yang ia peroleh baik di tingkatsekolah maupun di tingkat kota bahkan nasional. Sudah banyak beasiswa yang iaperoleh yang dapat membantu meringankan beban orang tuanya.            Namun seperti anak-anak lain yangberasal dari keluarga yang kurang mampu, Fido gamang dalam melanjutkan pendidikanlantaran tingginya biaya kuliah yang harus di keluarkan. Fido merasa orangtuanya takkan mampu. Tapi kedua orang tua tetap memintanya untuk terusmelanjutkan pendidikan dan disinilah ia berada, Tepat di tengah-tengahlingkungan kampus yang bagus dengan biaya yang relatif cukup untuk orang-orangseperti dirinya. “Do, hampir saja kamu telat, untung Pak Raju belum datang kalau tidak, habiskamu.” kata Deri.“Iyanih, tumben kamu telat biasanya kan paling duluan masuk kelas.” timpal Febby.“Maaf-maaf,tadi malam aku ketiduran habis pulang kerja sambilan.” aku Fido.“Makanyakerja jangan terlalu keras, ingat do kita ini mahasiswa jadi belajar dankesehatan juga harus di utamakan.” kata Deri lagi.“Ayoberhenti ngobrolnya, Pak Raju sudah datang tuh.” Febby mengingatkan.Deri dan Febby adalah dua orang yangpaling dekat dengannya semenjak ia tinggal di kota ini untuk meneruskanpendidikannya di Perguruan Tinggi ini. Deri berbadan tambun dan berwajahseperti preman pasar, pernah waktu menjadi panitia OSPEK ia menjadi orang yang palingdi takuti oleh para mahasiswa baru karena tampangnya yang mirip dengan penjahatyang sering muncul dalam film-film barat. Walaupun begitu, Deri memiliki hatiyang baik dan paling berpikiran dewasa untuk orang yang seusianya. Tidak herankalau ia sering di pilih untuk menjadi ketua dalam setiap organisasi yang diikutinya.            Teman Fido yang satu lagi, Febby,seorang gadis yang memiliki wajah dan penampilan yang bisa dibilang cantik dan funky bagi teman-teman yang lain. Febbyjuga memilki otak yang pintar. Dengan semua kelebihan yang dimilikiknya, tidakmengherankan kalau banyak orang-orang yang kagum padanya dan banyak pria yangberebut untuk menjadikannya pacar namun tidak pernah digubris oleh Febby. Deri dan Fido jugaterheran-heran dengan sikap Febby yang cuek padahal sudah banyak teman-temankampusnya yang menawarkan diri atau lebih tepatnya memohon untuk menjadikannyapacar. Lebih mengherankan lagi, Febbylebih suka berteman dengan Deri dan Fido daripada teman-teman wanita yang lebihsepandan dengannya. Pernah Fido menanyakan hal itu Febby namun jawaban yangdiberikan Febby sungguh diluar dugaan.“Akusenang berteman dengan kalian karena kalian unik dan asik.”Unikdan asik? Fido sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran temannya yangsatu ini. Tapi Fidodiam-diam juga kagum dengan Febbyyang mau membantu dan tidak sungkan untuk berteman dengan siapa saja.       Setelah selesai kuliah, Fido dan Febbyseperti biasa berkumpul di tempat tongkrongan mereka di Taman sepi nan asri didekat kampusmereka. Mereka menamakan Tamanitu The Green. Di sana mereka bebas untuk bersenda gurau, memimpikan impianmaupun diam membisu bermain-main dalam di alam impian mereka masing-masing.“Do,Deri mana?” tanya Febby.“Tadisih katanya ada rapat dengan panitia seminar, kan dia ketuanya. Nanti dia juganyusul kesini kok” balas Fido sambil tidur-tiduran melihat awan. “Oh, begitu... Pernah ngerasain yang namanyajatuh cinta tidak, do?” tanya Febby sambil melirik Fido.“Tentusaja pernah.” Fido berbohong.Febbymengernyit tidak percaya dengan yang baru saja Fido katakan. Fido pun samasekali tidak mengerti dengan apa yang Febby tanyakan. Fido sama sekali belumpernah dekat bahkan pacaran dengan cewek. Bagi Fido, semua cewek hanyalahsebatas teman saja. Dia sama sekali tidak mau berdekatan dengan cewek, bukankarena dia memiliki kelainan seksual melainkan karena ia terlanjur berjanjipada dirinya sendiri untuk terus belajar dan tidak membiarkan hal lainmengganggu belajarnya. Oleh karenaya selama Sembilan belas tahun ia hidup Fido tidak pernah dekat dengan wanitaselain ibunya sendiri. Febby sendiri tahu kalau Fido berbohong.Selama dua tahun berteman dengan Fido, tidak sekali pun Febby melihattanda-tanda kalau Fido menyukai seorang cewek yang ada di kampus. Bahkan pada awalnyaFebby mengira kalauFido menyukai sesama jenis, namun itu tidak juga ada tanda-tandannya. Sudahlama sekali Febbymemperhatikan temannya yang kutu buku ini. Febby tertarik dengan kelakuan Fido yang dia rasa unik tidak sepertiteman-teman prianya yang menurutnya membosankan karena mudah sekali ditebak,kelakuan Fidosulit sekali untuk ditebak. Hal inilah yang membuat Febby penasaran sekaligus kagum dengan Fido.            Sudah cukup lama mereka berdua saling diam dan sibukdengan pikiran mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari mereka berdua saling memikirkan orang yang saat inisedang bersama mereka dan saling mengagumi. Namun, tanpa mereka sadari diam-diam merekatengah diawasi oleh seseorang yang dari tadi mengawasi mereka berdua. Seseorangyang memilki tampang seram bak penyamun namun berhati baik, ya dialah Deri. Sudah lama Deri mengawasi Fidodan Febby sejak mereka berdua berada di taman. Sebenarnya Deri sudah sejak lama memperhatikankedua temannya itu dan menangkap suatu hubungan yang bahkan tidak diketahuioleh Fido dan Febby. Apakah itu perasaan cinta? Derisendiri pun belum yakin dengan dengan hal itu. Ia pun akhirnya menghampiriteman-temannya.“Hayo,lagi ngapain? Jangan melamunsaja nanti kesurupan.” canda DeriFido dan Febby pun terkejut dengan kehadiran Deri yang tiba-tiba.“Ah..kamu Ndut,bikin kaget saja.Bagaimana rapatnya tadi? ” Febbycepat-cepat mengalihkan pembicaraan takut Deri menyangka yang tidak-tidak.Febby memang suka memanggil Deri dengan sebutan Ndut karena badan Deri yang gendut.“Malas aku ceritanya, bikin pusing.Aku kesini mau refreshing bukan mau ngomongin rapat.” keluh Deri.“Ya sudah, kalau tidak mau. Kami jugatidak memaksa kok.” kata Fido.“Eh,tadi kalian ngomongin apa saja?Boleh ikutan tidak?” ucap Derimemecah kebisuan temannya.“Ada deh.” canda Fido.“Kalian sedang membicarakan aku ya?”Tanya Deri penuh selidik.“Tidak Deri, kami cuma membicarakanfido karena selama ini aku tidak pernah melihat dia dekat sama cewek sih.” kataFebby.“Beneran, Do? Wah jangan-jangan kamuhomo ya?” goda Deri.“Sembarangan, aku masih normal kok.”balas Fido. “Lalu kenapa aku juga tidak pernahdekat dengan cewek? Apa di kampus ini tidak ada cewek yang kamu suka, Do?” selidik Deri.            Fido diam saja mendengar pertanyaan Deri. Sebenarnya sudah dari dulu Fido menyukai seorang wanita sejak iapertama kali melihatnya waktu SMA dulu, namundia urung mengungkapkan isi hatinya karena wanita itu juga banyak yangmenyukainya. Bila dibandingkan dengan mereka, Fido merasa bukanlah tandingannya. Iayang hanya anak seorang petani dari kota kecil takkan bisa bersaing denganmereka yang rata-rata anak orang berada. Dari segi penampilan pun Fido tidak terlalu percaya diri. Secaragaris besar bisa dikatakan Fidotidak punya kelebihan bila dibandingkan dengan teman-temannya. Namun, ia masihbersyukur memiliki teman yang tidak memandang dia dari hal apapun. Teman yanghanya mau bersamanya karena saling setia bukan karena harta maupun penampilan,teman yang selalu bersama walau apapun yang terjadi.“Woi… diam terus nih, cepat jawabpertanyaanku tadi.” desak Deri.            Sebuah tepukan dari Deri di punggung Fido membuyarkan semua pikiran Fido dan membawanya kembali ke alamnyata meninggalkan jauh alam pikirannya. Fido pun kaget dan berusaha memberikanalasan yang masuk akal agar temannya tidak curiga.“Bukan begitu Der, semua cewek di kampus ini memangcantik-cantik namun aku tidak merasa pantas untuk mereka. Apalah yang bisa dibanggakan dari aku ini. Apakah cewek-cewek itu mau denganku yang tidak memilikikelebihan apapun?” jawab Fidopolos.“Ya ampun, Fido. Jangan bicara seperti itu. Setiaporang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin kamu belummenyadari kelebihan kamu tetapi suatu saat kamu juga akan sadar akan kelebihankamu dan bahagia dengan kelebihan kamu itu.” Febby berkata pelan dan lembut. Semuamata menatap kelembutan Febbydan setuju dengan pendapat Febby.Di sinilah saatnya wanita dibutuhkan dengan kelembutannya itu.“Iya, benar yang dikatakan Febby, suatu saat nanti akan ada seorang cewek yang akan sadardengan kelebihanmu itu dan kamu akan menganggapnya sangat berharga.” Deri memberikan semangat pada Fido.              Fido tersenyum pada kedua orang yang disebut temannyabahkan bisa disebut sahabat. Sudah lama Fido mencari orang-orang seperti ini yang mau mendengarkeluh kesahnya, menenangkan hatinya dan memberinya jawaban ataspermasalahannya. Seperti layaknya orang tua, selalu melindungi tetapi tetapmemberikan kebebasan kepadanya. Bersama dengan  mereka berdua, Fido siap untuk menghadapi rintangankehidupan apapun.********************            “Do…Fido..Ada surat untukmu.” kata Febby.Ketika mereka berkumpul di The Green ketika selesai kuliah. Kali ini merekadapat berkumpul bertiga.“Surat dari mana Feb?” balas Fido“Entahlah, coba saja lihat.” ucap Febby sambil tersenyum genit            Fido lalu menyambar surat dari tangan Febby. Ada dua pucuk surat di tangan Fido, satu berwarna putih sangat formaldengan kop surat sangat resmi. Pasti Surat pengumuman beasiswa pikir Fido. Namun suratkedualah yang menarik perhatian Fido. Surat beramplop biru muda yang sangattidak biasa untuk surat-surat yang biasa diterimanya. Fido mencobamenebak-nebak siapa pengirim surat itu, Fido lantas berpikir ini pasti ulahDeri, temannya yang satu itu memang kerap mengerjainya, namun yang bersangkutansedang bermain-main dengan daun di mulutnya. Tidakmungkin Febby pikir Fido,Febby sendiri sedang melamun sambil menatap pepohonan.Ah sudahlah tidak usah dipikirkan balas Fido di dalam hati. Dia pun mencobamencari kesibukan sendiri seperti teman-temannya.            Ternyata rasa penasaran dapatmembuat hati gelisah seperti yang Fido rasakan sekarang. Tak henti-hentinya Fidomenatap surat bersampul biru itu tapi tidak sedikit pun dia berniat untukmembaca isi surat itu. Tapi pada akhirnya Fido menyerah pada rasa penasarannya,akhirnya ia pun membuka dan membaca surat itu.Dear Fido,mungkin kamu bertanya-tanya aku menitipkan surat ini pada febbydan tidak menyerahkan surat ini secara langsung, maafkan aku akan hal itutetapi aku terlalu malu untuk bertemu langsung denganmu. Aku tidak mengerti apayang terjadi pada hati ini saat kita bertemu di tempat itu, tempat yang menjadikenangan pertama dan terindahku padamu. Sejak saat itu setiap kali melihatmu aku seakan-akan bukanlah diriku. Akugundah, aku gelisah setiap mengingat dirimu. Siapa dirimu sehingga bisamembekas di hatiku? Kamu yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi indahku dan mengganguku dengan tatapanmu. Namunanehnya, diriku senang dan semakin rindu ingin bertemu walau hanya beberapadetik saja. Fido yang selalu ku impikan... sudikah dirimu untuk menenangkan hati iniyang rindu akan dirimu? Akanku tunggu dirimu besok ditaman. Datanglah.... aku akan selalu menunggumu.Seseorang yang merindukanmuRISTY             Setelah selesei membaca, Fidodilanda perasaan takjub, haru, heran, serta senang sekaligus. Secara terang-terangcewek itu menyatakan perasaannya pada Fido. Fido yang baru pertama kalimendapat surat cinta dari seorang gadis yang bahkan tidak pernah disangkanya.Risty nama gadis itu ialah salah satu gadis tercantik di kampusnya,kecantikannya menyamai Febby, sudah banyak pula pria-pria yang berniatmanjadikannya pacar namun tak satu pun pria yang berhasil mendapatkan hatigadis itu. Berbeda dengan Febby yang cuek, Risty termasuk gadis yang pemalu danbaik hati. Karena kebaikan hatinya pula banyak yang salah paham danmenganggapnya sebagai hal lain. Gadis itulah yang mengajak bertemu dalam kurangdari 16 jamlagi. Fido sampai tidak bisa tidur memikirkan pertemuan itu.  Mungkinkahini nyata? Benarkah cewek itu menyukaiku? Tapi ia telah berjanji pada dirinyademi orang tuanya ia akan belajar dan takkan terusik dengan hal lain. Fidogamang memikirkannya. Satu malam yang sangat merisaukan hati Fido namunmerupakan malam yang takkan dilupakannya seumur hidup. Tanpa Fido sadari bahwa malam itu merupakansatu malam dari hari-hari yang akan mengubah kehidupan Fido.             Keesokan paginya Fido bangun lebih cepat dari biasa dan melakukan “Ritualpagi“ seperti biasanya pula. Bila orang lain melakukan ritual pagi denganmandi, makan dan bersiap-siap untuk melakukan aktifitasnya, Fido sedikit berbeda dari orangkebanyakan. Memang ritualnya hampir sama, namun ada yang sedikit berbeda denganritual pagi Fido.Ritual pagi Fidoterdiri dari lima hal, yaitumandi, makan, belajar pagi, bersiap-siap untuk pergi kuliah dan belajar lagisambil berjalan. Belajar sambil jalan? Mungkin bagi sebagian orang itu adalahhal aneh, beberapa orang malah mengatakan hal itu sangat berbahaya dan hanyasedikit orang yang memaklumi hal tersebut, terutama bagi para pelajar yangsedang menjalani ujian dan semalaman belum belajar, pasti hal tersebut seringdilakukan.            Setelah melakukan ritual paginya seperti biasa, namuntidak seperti biasanya Fidotertegun menatap kembali surat biru muda yang kemarin di bacanya. Dia tidaktahu apa yang harus dilakukannya atas ajakan Risty yang secara terus terangmenyatakan suka padanya. Apakah dia harus menolak dengan halus ajakan Risty? Menerimanya? Atau mengacuhkansaja ajakannya untuk bertemu seakan hal tersebut tidak pernah terjadi? Mengenaiopsi yang ketiga itu, jelas di tolak mentah-mentah oleh Deri ketika dia mendatanginya semalam karenapenasaran dengan isi surat itu.“Gila kamu, Do mau melakukan hal seperti itu. Ristymemintamu dengan baik-baik dan sangat berharap untuk bertemu denganmu dan kamumangacuhkannya seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi? Apa kamu tidak malutelah membuat seorang wanita terluka bila melakukan itu?” cerca Deri tanpa ampun.“Sebaiknya kamu penuhi ajakan risty danmengatakan yang sebenarnya yang kamu rasakan. Aku yakin Risty bisa menerima apapun yang akankamu katakan nanti asal kamu mengatakannya dengan baik-baik. Nah aku pulangdulu ya, udah malam tidak enak sama induk semangmu.” ucap Deri mengakhiri pembicaraan merekamalam itu. Bertemu dengan seorang gadis di taman? Berdua saja? Memikirkan itu Fido jadi semakin gugup. Baginya lebihmudah mengerjakan ujian dadakan dari Pak Raju, dosen yang galak itu, daripada bertemuseorang gadis dan membicarakan hal yang sensitive itu. Fido pun semakin pusing.            Sesampainya di depan kelas, dilihatnya Febby tengah berdiri gelisah. Waduh,pasti Deri sudahmemberitahu Febbysoal semalam pikir Fido.Dan benar sajabegitu melihat Fido,Febby langsungmenarik tangan Fidodan membawanya pergi menjauh. “Eh, mau di bawa kemana nih? Kansebentar lagi mau masuk.”ucap Fido. Namun Febby tetap diam dan terus menariktangan Fido. Setelah tiba ditempat yang sepi febby lalu buka suara.“Kamu tidak serius dengan ucapanmu yangsemalam itu kan, Do?” ucap Febby. Benarkan? Fido mengutuki diritelah mengatakan itu pada Deridan sekarang dia harus menerima balasannya.“Kamu bagaimana sih, Do. Risty kan mengajak kamu bertemubaik-baik,kamu malah memikirkan hal yang jahat seperti itu. Kasihan kan Risty.” semprot Febby. Melihat Fido tetap diam, Febby terus melanjutkan penghakimannya.“Kamu jahat, Do jika melakukan hal yang seperti itu,kamu tidak punya hati. Pokoknya kamu harus datang menemui Risty dan jangan melakukan hal itu.” ucap Febby lalu pergi meninggalkannya.            Mendengar ucapan Febby, Fidoakhirnya sadar akan dia pikirkan. Tidak seharusnya dia merencanakan hal sepertiitu dalam pikirannya. Walau bagaimanapun Risty tidaklah salah mengajaknya bertemu dan tidakseharusnya pula ia menyakiti perasaan Risty.            Sepanjang kelas hari itu Fido sama sekali tidak dapatberkonsentrasi dengan apa yang di katakan sang dosen. Dalam pikirannya sedangberkecamuk dengan apa yang harus dilakukannya. Namun pada akhirnya Fido memantapkan hati dan pikiran untukbertemu Ristynanti.            Sudah sepuluh menit Fido celingukan mencari sosok Risty di tengah ramainya pengunjungTaman namun dia tidak juga menemukan gadis itu. Taman kampus yang biasanya sepisekarang menjelma ramai oleh hiruk pikuk mahasiswa baik yang sedang bersantai,melamun (entah melamunkan apa Fidotidak tahu dan tidak peduli), berdiskusi, bahkan sedang berasik-mansyuk denganpasangannya masing-masing. Tidak beberapa lama kemudian, pandangan Fido tertuju pada sesosok gadis tinggisemampai, berambut hitam sepunggung, berbaju putih dan bercelana jeans duduk disalah satu kursi batu di bawah pohon rindang. Dari jauh terlihat kalau gadisitu duduk sendirian dan seperti menunggu seseorang. Sudah jelas itu Risty yang telah menunggunya. Ragu-raguFido mendekati gadisitu dan menyapanya.“Hhh…haa...Hai, sudah lama nunggudisini?” sapa Fido. Risty menoleh.  Begitu menyadari yang menyapanya fido, Risty tersenyum manis dan balasmenyapa.“Tidak kok baru saja datang. Kamu baruselesai kuliah, Do?” Risty mencoba memulai pembicaraan.“Iiiii…iya.” jawab Fido dengan terbata-bata.Mendengar jawaban Fido, Risty kembali tersenyum geli. Merekapun kembali terdiam. Dalam hatinya dia senang Fido datang.  Sudah dua tahun Risty mengenal Fido, namun baru empat bulan yang lalu Risty benar-benar jatuh hati pada Fido.            Semua berawal pada pada hari sabtusore yang hujan gerimis, waktu itu dia baru saja pulang dari tempatnya mengajardi salah satu tempat bimbingan belajar. Risty yang saat itu tidak membawapayung dengan sabar menunggu redanya hujan sambil terus memperhatikan jamtangannya yang mulai menunjukkan pukul 5 sore di taman di dekat tempat kerjanya.  Tidak henti-hentinya hatinya terus berharapagar hujan lekas berhenti dan dia tidak pulang terlalu larut karena ada tugasyang harus dikerjakan karena sudah menjelang deadline. Pada saat itulah tanpadisangka Risty,muncul Fido dengan menyapanya.“Risty...”sapa Fido“Eh Fido,apa kabar? Sedang apa disini?”balas Risty ramah.“Baik ris, aku baru selesai ngajar di sini. Kamu sendirisedang apa disini sendirian?”“Kamu ngajar disini juga? Aku juga ngajar disini tapi akukok tidak pernah melihat kamu disini,Do?” ucap risty terkejut. Dia tidak pernahmenyangka kalau akan satu kantor dengan orang yang sering dipuji Pak Raju, dosen tergalak di kampus. “Hehhehe…aku baru disini,Ris. Di tawarin ngajar sama temanPak Raju yang pemilik bimbingan ini. Yah lumayanlah buat nambah uang saku.Biasalah mahasiswa, uangnya pas-pasan terus. Hehehe…” canda Fido.Risty mendengar itu tidak dapatmenahan senyumnya. Tidak di sangkanya teman satu kampus yang disampingnya itubisa melucu dan menghiburnya. Tidak terasa waktu terus berjalan semakin larutnamun Risty tidak menyadariitu dan terus berbicara dengan Fido.Baginya Fidoseperti kawan lama yang sudah saling mengenal dan tidak sadar bahwa itu pertamakali mereka berjumpa. Tanpa Ristysadari di dalam hatinya timbul rasa cinta dan perasaan untuk terus bersama Fido namun terlalu malu untukmengatakannya secara langsung. Pernah terbesit dalam hati Risty rasa cemburu melihat Fido akrab dengan Febby dan muncul keinginan untukmelupakan Fidobegitu melihat keakrabannya dengan Febby. Febby orang yang baik, pintar dan dikagumi banyak orangkarena bakatnya, baginya Febbylebih cocok dengan Fidodaripada dirinya. Namun itu semua hilang saat dia mendengar bahwa Fido dan Febby hanya sebatas sahabat tidaklebih. Sejak saat itulah dia memberanikan diri untuk mengajak Fido bertemu hari ini berdua saja.“Risty, kamu melamun ya?” sebuah lambaian tangan dan suara Fido di depan wajahnya membuyarkankenangan indah tersebut.“Ah tidak kok aku tidak melamun.” Risty cepat-cepat memalingkanwajahnya dari Fidotakut wajahnya yang merona malu ketahuan oleh Fido.“Oh begitu.”Fido pun terdiam dan tidak tahu berkata apalagi. Fido sebenarnya sudah akrabdengan Risty semenjakbertemu di tempat bimbel dahulu namun suasana saat itu dan saat ini berbeda.Saat di tempat bimbel dulu dia hanya mengganggap Risty sebagai teman tanpa mengetahuiperasaan Ristysebenarnya. Berbeda dengan saat ini yang terkesan seperti adegan disinetronyang pernah ditontonnya bersama sang ibu ketika masih SMA dulu.“Fido, kamu sudah baca surat yang aku titipkan pada febby?” tanya Risty memecah kebisuan diantara mereka.Fido hanya bisa mengangguk tanpa bisa berkata apapun.“Jadi kamu pasti tahu maksud aku minta bertemu disini kan?” Fido hanya bisa diam mendengar pertanyaanRisty. Fido tidaktahu harus menjawab apa atas pertanyaan Risty tersebut. Bagi Fido, berduaan dengan seorang gadisdalam keadaan seperti ini adalah sesuatu yang baru dan sangat membingungkandibandingkan dengan apapun juga.“Aku sangat terkesan saat pertama kali kita bertemu.Bagiku saat itu sulit untuk dilupakan dan aku tidak mau melupakannya walauterjadi sesuatu yang buruk punaku tidak mau melupakannya karena untuk pertama kalinya aku merasakan hal yangbahkan tidak pernah aku rasakan pada semua cowok yang dekat denganku sebelumini. Sejak saat itu aku seakan melupakan semua kenangan pahit yang pernahkurasakan. Saat aku tidur, kamuselalu hadir dalam mimpiku. Ketika aku bangun dan menjalani hari kutemui dirimudengan berbagai wujud dan saat aku tengah dilanda duka engkau muuncul laksana oase ditengahhamparan padang gurun terjal. Kamu selalu ada dan membuat hatikuberdebar-debar.  Aku tidak tahu harusmenyebut apa perasaan yang muncul dalam hati dan pikiran ini.  Perasaan apa yang sedang kualami ini? Akutidak tahu. Fido, maukah kamu menenangkan perasaan yang berkecamuk di hatiku?” ucap Risty.Fido yang mendengarnya seakan tengahdi landai badai petir. Mungkin bagi orang lain yang baru saja di katakan Risty bagaikan syair indah ungkapanperasaan yang akan meluluhkan hati dan menenangkan pikiran tapi bagi Fido itu adalah sebuah pedangbermata dua. Di satu sisi ia takjub dengan cara Risty menyimpan perasaan yangbegitu besar padanya dan di sisi lain ia juga tidak mau melukai perasaan Risty.Akhirnya Fidomemberanikan diri membuka suara. “Risty, syairmu indah laksana aurora di tengahhamparan es, suara merdu bagai buluh perindu sulit bagi setiap orang untukmengacuhkanmu. Engkau laksana seorang permaisuri raja yang tengah gundah gulanamenanti pasangannya. Siapalah yang tega membuat engkau yang cantik bagai putricleopatra berduka laraseperti ini. Siapakah yang kau rindukan tuan putri? Pastilah seorang pangeran yangsedang kau rindukan bukanlah seorang punguk terbuang oleh zaman ini.” Balas Fidolalu selingi sebuah tersenyum lembut.Risty yangmendengar syair terus terang tersebut tertegun hatinya. Secara tidak langsung Fidotelah mengatakan perasaannya pada dirinya. Sempat terbesit amarah dalam dirinyanamun amarahnya luruh melihat ekspresi Fido tulus.“Maafkan aku Risty, saat ini akutidak mau memberi jawabannya karena ada beberapa hal yang ingin ku perbaikidalam diriku. Kelak bila aku sudah melakukannya aku akan membetahukan jawabankupadamu. Tapi untuk saat ini, kita bersahabat saja dulu.” jawab Fido. Hati Risty punkembali luruh mendengar pangakuan Fido yang lugu. Perasaan marahnya hilangtidak terbekas terganti perasaan simpati akan kejujuran Fido. Bagi Risty, iatelah menemukan seorang pria yang layak untuk dijadikan pasangan hidupnya. Dan Ristypun tersenyum dan mengangguk ke Fido. Fido pun merasa lebih tenang karena Ristymau menerima ajakannya.Di saat yangbersamaan tidak beberapa jauh dari Risty dan Fido, Febby dan Deri memperhatikangelagat sahabat mereka. Saat melihat ekspresi Risty dan Fido yang cerah, merekamendapat firasat kalau semuanya berjalan dengan baik. Pada saat itu seekor kadalmelintas di depan kaki Deri dan masuk kedalam celananya. Sontak saja priatambun itu menjerit-jerit berusaha mengeluarkan hewan itu dari celananya danmembuat suasana taman yang semula damai menjadi gaduh. Setelah selesaimengeluarkan kadal itu, Deri menatap semua orang yang ada di sekitarnya. Terangsaja semua yang ada di taman itu tertawa melihat kelakuan Deri tak terkecuali Fidodan Risty. Deri dan Febby pun hanya bisa menahan malu atas perbuatan yang telahdilakukannya.Bersahabat dengansahabat Fido dan bersabar menunggu bukanlah hal yang buruk. Fido, sampai kapanpun aku akan terus setia menanti dan menemanimu walau sampai kapanpun jugakarena bagiku YOU ARE MY TRULY LOVE. ucap janji di dalam hati Risty.  ***********************************************TAMAT***********************************************

0 komentar to “CERPEN : TRULY LOVE”

Posting Komentar