Sabtu, 26 Februari 2011

,


CHAPTER 3:
OCIT MENANGIS


 Angga menguap, diliriknya jam kamarnya. Jam tujuh lewat. Ia keluar. Eh, kok masih sepi sih? Sayup-sayup terdengar suara Metalica dari kamar Ocit. Baru saja Angga akan membuka kamar Ocit ketika telinganya menangkap isakan kecil. Eh! Kok Metalica menangis, sih? Versi baru, ya? Ia berpikir sejenak. Atau...
Angga menempelkan daun telinganya ke pintu. Benar! Si Ocit yang menangis.
Angga duduk di depan pintu kamar Ocit, sibuk berpikir apa yang membuat si Bontot itu menangis. Gara-gara Mama pergi tidak ngajak Si Ocit?
Angga menggeleng.
Ocit kan sudah gede, nggak suka ngekor lagi. Gara-gara dia suka ngeledekin Ocit? Angga kembali menggeleng. Perasaan selama ini ledekannya masih wajar-wajar saja. Atau....
Mata Angga membulat.
Pasti gara-gara cowok! Si Ocit mungkin lagi jatuh cinta tapi nggak kesampaian. Atau mungkin ada cowok yang nyakitin Ocit, ya?
Angga menggeram.
Ia lalu mengendap-endap mendekati telepon di ruang tamu yang persis berada di samping kamar Ocit. Dipencetnya beberapa nomor.
"Halo," ucapnya berbisik.
"Halo," terdengar nada heran di ujung.
"Dini, ya?" Angga masih berbisik.
"Iya. Ini siapa, sih?"
"Angga," bisik Angga lagi sambil melirik deg-degan ke pintu kamar Ocit.
"Siapa?"
"Angga," ulang Angga berbisik serak.
"Angga yang mana?"
"Angganya Ocit! Eh, Si Ocit kenapa, sih?"
"Kenapa bagaimana?" tanya Dini bingung.
"Kok dia nangis?" Angga kembali melirik kamar Ocit. Mudah-mudahan Ocit nangis terus dan nggak keluar! doanya dalam hati.
Dini terdiam di seberang.
"Aku tanya Si Ocit kenapa?" ulang Angga mulai tak sabar.
"Ng...."
Angga mendesis jengkel. "Mau ngomong nggak, sih?"
"Entar Si Ocit marah kalau...."
"Aku nggak bakal kasih tahu, deh!" sela Angga cepat.
"Bener?"
Angga mengangkat dua jarinya. "Eh! Bener! Bener!" ucapnya cepat, sadar kalau Dini tidak bisa melihatnya.
"Roy ngecewain Ocit."
"Apa?!" Angga berteriak marah. Ia mendekap mulutnya, kaget dengan suaranya sendiri. Matanya melirik curiga ke pintu kamar Ocit. Pintu itu tidak terbuka. Angga menghembuskan napas lega.
"Halo? Kamu masih ada?"
"Iya, iya! Si Roy tadi kenapa?" Angga kembali berbisik.
"Si Roy ngomong kalau dia tuh jatuh cinta sama Vera, padahal dia tahu kalau Ocit tuh suka kama di...."
"Kurang ajar!" desis Angga marah.
"Eh, tapi...?"
"Roy itu kelas berapa?" sela Angga.
"Kelas satu empat. Mau ngapain, Ga?" tanya Dini khawatir.
"Nggak kok!" Angga mengubah suaranya menjadi manis. "Cuma pengen tahu saja," bohongnya. "Sudah ya, dan makasih buat infonya," lanjutnya lagi mengakhiri.
"Eh, tapi bener lho, nggak bilang ke Ocit?"
"Bener! Bye-bye, Dini Manis!"
Angga mengepalkan tangannya. Senyumnya menghilang.
"Awas kamu!" geramnya dengan wajah sangar.
***

0 komentar to “ ”

Posting Komentar