Sabtu, 26 Februari 2011

,


CHAPTER 6:
HATIKU PATAH

"Mau tolong aku, Nie?"
"Apa?"
"Kalau pulang lewat rumah Mas Ray, kan?"
"Kadang-kadang. Memangnya kenapa?"
"Kalau lewat, tolong mampir sebentar. Ada beberapa barangku yang tertinggal di tempatnya."
Warnie menoleh. Menatap Kishi dengan dahi berkerut.
"Ada apa denganmu?"
"Tidak ada." Kishi tersenyum.
"Kenapa harus aku yang datang? Bukan kamu?"
"Aku sibuk. Mesti belajar untuk ujian semester."
"Biasanya minta Ray yang mengajarkan."
"Merepotkan dia saja."
"Hei, ada apa denganmu?" ulang Warnie heran.
Kishi menarik napas panjang, menunduk sedikit.
"Kamu benar. Aku memang bukan apa-apa untuk Mas Ray."
"Oo, Kish." Warnie memeluk Kishi. "Dia mengatakan itu padamu?"
"Aku melihatnya sendiri. Ika kembali."
"Dia bilang akan kembali pada Ika?"
"Mas Ray tidak menjelaskan apa-apa. Aku melihatnya memeluk Ika. Apa itu tidak menjelaskan segalanya?"
"Kish!"
Kishi menelan ludahnya dengan susah payah.
"Seharusnya aku mengerti sejak dulu," ungkapnya.
"Kalau saja kamu mau mendengarkan aku."
"Ya. Tapi tidak ada gunanya memang. Sudah selesai. Semua." Kishi tersenyum pahit. "Jangan lupa, ya? Tolong ambilkan barangku."
"Mau titip sesuatu untuk Ray?"
Kishi menggeleng.
"Tak akan ada gunanya."
***
"Nah, itu dia pulang!"
Kishi tertegun di ambang pintu. Mama berdiri dari duduknya. Menyambutnya. Tapi yang membuat Kishi bingung adalah kehadiran Ray di ruang tamu sekarang.
"Ke mana saja, Kish? Sudah ditunggu lama, tuh."
"Jalan-jalan."
"Tante tinggal ke dalam ya, Ray."
Ray mengangguk. "Terima kasih, Tante."
Pandangannya dialihkan ke Kishi setelah Mama gadis itu menghilang. Sementara Kishi masih saja berdiri di tempatnya.
"Kenapa melihatku seperti melihat UFO?"
Kishi tertawa kecil. "Tumben Mas Ray kemari? Ada apa?"
"Mengantarkan barang-barangmu."
***

0 komentar to “ ”

Posting Komentar